Sabtu, 27 April 2013

Terjadinya Psikopatologi menurut Pendekatan Trait Theory (Eysenck, Cattle)



Mungkinkah terdapat kurang dari lima dimensi dasar kepribadian? Mungkin dua atau tiga dimensi trait Big Five adalah bagian inti dari organism dan dua dan tiga lainnya hanya sekedar turunannya; mungkin predisposisi faktor biologis mempengaruhi seseorang untuk berlaku seperti salah satu dari tiga tipe cara, tetapi hal ini masih bisa dibagi kedalam tingkat aktivitas, sosiabilitas, dan tingkat keceriaan. Hal tersebut adalah pemikiran Hans Eysenck.

Sementara Cattell percaya bahwa teori kepribadian seharusnya menjadi criteria pemilihan variabel, yaitu data yang digunakan dalam analisis faktor, dan ketika banyak peneliti Big Five sepenuhnya menggunakan pendekatan induktif, Eysenck yakin bahwa berbagai jenis informasi ini seharusnya juga menentukan pemilihan faktor tersebut dan analisis faktor sendiri saja seharusnya tidak mengarahkan kita dalam mengkonstruksikan dimensi dasar kita. Contohnya bahwa terdapat bukti bahwa tendensi orang pada beberapa karakteristik tingkat kecemasan, keramahan, kepercayaan diri, dan keterbukaan pada pengalaman baru umumnya tetap stabil sepanjang masa dewasa. Eysenck adalah extroversion yang mencangkup faktor keramahan dan sensitivitas dari Cattell. Yang kedua adalah neuroticism; dimensi ini mencangkup faktor ketidakstabilan emosi dan kekhawatiran dari Cattell. Faktor ketiga, psychomaticism kecenderungan menderita psikopatologi, yang melibatkan impulsivitas dan kekajaman. Psyhitician mencangkup faktor kecenderungan untuk keras kepala dan ketekunan dari Cattell. Dalam model Big Five, psychoticism dari Eysenck mirip dengan model Big Five. 

Pendekatan Eysenck adalah salah satu pendekatan yang berusaha menjelaskan dasar biologis kepribadian (apa yang disebut Allport sebagai aspek “psikofisik”), teori keepribadian, dan bukti yang muncul dari analisis statistik dan empiris dari trait. 

Teori Abnormalitas
Cattell setuju dengan pandangan klinis bahwa neorosis oleh psikosis itu terjadi akibat adanya konflik yang tak terpecahkan dalam diri individu. Dia kemudian berusaha mengembangkan teknik kuantitatif untuk membantu terapis melakukan diagnosis dan melakukan treatment. Setiap konflik selalu ada sekian banyak attitude, erg dan sentiment yang terlibat, sehingga muncul pilihan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Cattell menyarankan kepada klinisian untuk mengukur tingkah laku yang besaran variabel-variabel itu dan memasukan  nilai variabel-variabel motivator dan sumber konflik kedalam persamaan tingkah laku. Persamaan itu tidak menjamin bahwa semua yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan sebagai penyebab konflik, sudah diperhatikan.

Neurosis
Neurosis adalah pola tingkah laku yang ditunjukan oleh seseorang yang merasa dirinya mengalami kesulitan emosional tetapi tidak menunjukan gangguan psikotik. Definisi ini sangat operasional karena menurut Cattell pemahaman tentang neurosis harus dimulai dengan pengkuran untuk mengidentifikasi perbedaan orang-orang neurosis dengan normal. Ternyata perbedaan normal dengan neurotik dan psikotik bukan hanya perbedaan tingkatan, tetapi perbedaan dimensi.

Psikosis
Psikosis adalah bentuk gangguan mental yang berbeda dengan neurosis, di mana individu kehilangan kontak dengan realita dan membutuhkan perawatan untuk melindungi dirinya dengan orang lain. Jadi perbedaan dengan neurotik adalah psikotik tidak memiliki pemahaman terhadap masalahnya sendiri, tidak dapat merawat diri,dan mungkin membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Menurut Cattell, psikosis manis-depresif dan skizofrenia menyumbang terjadinya psikotik. Banyak bukti orang tua penderita manis-depresif lebih hangat dan melindungi disbanding dengan orang tua penderita skizofren. Orang tua penderita skizofren lebih ambivalen. Disekolah, psikotik biasanya tidak pintar bicara, nilai matematiknya rendah, ingatannya buruk, tidak dapat berkonsentrasi, lamban dalam membaca, dan aspirasinya tidak realistik. 

Kamis, 01 Desember 2011

Psikologi Keluarga


            Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat. 

Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak iptek berkembang secara pesat, telah banyak memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan umat manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Kehidupan keluarga pun, banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga. Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak secara dini dalam keluarga merupakan suatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti, tata krama, dan baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah serta teladan dari kedua orangtuanya akan membentuk kepribadian dasar dan kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya. Dalam hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada putra-putrinya dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas selaku warga negara (WNI) yang baik dan bertanggung jawab termasuk tanggung jawab sosial.

Sebagai makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan selalu beraktivitas atau berperilaku ( baik yang nampak ataupun yang tidak tampak) untuk mencapai tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi kebutuhan. Adakalanya tujuan atau kebutuhannya itu tercapai, tetapi mungkin juga tidak, atau adakalanya perilaku yang nampak itu selaras dengan yang tidak nampak, adakalanya tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukan hal yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik dan akan mengakibatkan beban mental/stress.           Tentu diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat unuk membantu mereka.

Ada banyak pihak dan hal lain yang bisa dikatakan sebagai pihak ketiga dalam keluarga, dalam hal ini yang kami maksudkan adalah pihak ketiga yang membawa dampak negatif. Namun, sebelumnya kita akan membahas arti dari pihak ketiga itu. Pihak ketiga adalah semua orang atau semua hal yang hadir di tengah-tengah hubungan suami-istri.

KELUARGA
Selain PIL dan WIL, orang tua atau anggota keluarga ternyata bisa menjadi pihak 'perusak' dalam hubungan suami istri. Ini terjadi bila suami atau istri lebih mengutamakan hubungannya dengan keluarga, ketimbang dengan pasangan. Bisa jadi itu mertua, orang tua, anak, saudara, paman, bibi, atau lainnya. 

Hubungan-hubungan dengan keluarga tidak seharusnya lebih utama daripada hubungan kita dengan pasangan. Misalnya, seorang ibu muda tak seharusnya mengabaikan suaminya dengan alasan lelah karena habis mengurus bayi sebab ini akan membuat suami merasa dinomorduakan dan terlantar sehingga suami bisa lari ke pelukan wanita lain. Atau, sikap suami yang lebih berpihak pada ibunya sehingga istri merasa terpojok, hal ini jelas tidak dapat dibenarkan.

TEMAN
Nah, yang satu ini juga tak kalah merusaknya. Jika suami lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya, atau istri lebih senang menghabiskan waktu untuk berbelanja dengan sahabat-sahabat wanitanya hingga mengabaikan pasangan, maka teman sudah dikategorikan sebagai pihak ketiga yang mengganggu kehidupan rumah tangga.

KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.

Orang ketiga dalam keluarga sering kali tdak dapat dihindari, bisa saja dalam bentuk pembantu atau baby sitter, bisa juga anggota-anggota keluarga yang tinggal dalam rumah secara menetap, dapat juga yang hanya pada waktu-waktu tertentu. Atau juga orang-orang yang berhubungan dengan kehidupan suami-isteri dapat saja bos, sekretaris, rekan kerja, dan lain-lain. Tujuan kehadiran orang ketiga adalah untuk membuat kehidupan ini menjadi lebih mudah dan lebih efisien dan lebih maju. Namun cukup sering terjadi justru permasalahan timbul pada orang ketiga. Kehadiran orang ketiga biasanya dapat berubah menjadi gangguan, jika :
1. Kasih mulai dingin.
2. Tidak lagi saling menghargai.
3. Terlalu sering mencari-cari kesalahan pasangan.
4. Kata-kata pujian dan kata-kata kemesraan mulai jarang.
5. Kebosanan dan kejenuhan.
6. Merasa pasangan terlalu mengekang dan cemburu.
7. Merasa tidak dihargai oleh pasangan.
8. Merasa pasangan tidak "sehebat" orang ketiga tersebut.

Bahaya Orang Ketiga Persoalannya seringkali jika seorang suami "tergoda"selalu berkata,"ah, enggak koq," "gak ada apa-apa" namun jika tidak cepat ambil tindakan tegas dapat berakibat :
1. Kecurigaan dan kecemburuan terhadap pasangan.
2. Mulai selalu melihat kekurangan pasangan bahkan timbul kebencian terhadap pasangan.
3. Perselingkuhan, bahkan hingga terjadi hubungan sex.
4. Retaknya rumah tangga, bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian.

Langkah-langkah Perselingkuhan biasanya diawali dengan rasa Kekaguman, Ketertarikan, Semakin mendekat, Merasa tidak bisa jauh, Merasa dimengerti, diperhatikan dan dapat membicarakan masalah-masalah pribadi. 

MERTUA
Kehadiran mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya

SOLUSI
Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.

Dalam menghadapi  prahara rumah tangga dibutuhkan kesabaran dari kedua belah pihak. Sabar artinya; tabah hati tanpa mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Orang bisa sabar, jika ingat tujuan. Masing-masing suami dan istri harus selalu mengingat tujuan mereka membangun rumah tangga, tujuan mendidik anak sampai jadi, dan tujuan hidup itu sendiri. Meski demikian, sabar ada batasnya jika sekiranya ketabahan dan kesabaran yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu sedikitpun  tidak membawa perbaikan, sebaliknya semakin terpuruk dalam kesulitan, maka agama memberi peluang untuk mencari jalan keluar yang terbaik, meski dalam bentuk perceraian. Perceraian yang terjadi setelah melampaui babak kesabaran pada umumnya membawa kebaikan kedua belah pihak. Kesabaran dituntut terutama ketika awal mula mendapat gempuran prahara. Jika pada gempuran pertama dapat bersabar, maka biasanya dalam melampaui tahap-tahap berikutnya prahara itu menjadi lebih ringan, dan solusinya terkendali.
 
·         Cara Mengatasi Masalah Pernikahan Melalui Konseling
Dari berbagai problem rumah tangga seperti tersebut diatas, maka konseling perkawinan menjadi relevan, yakni membantu agar client dapat menjalani kehidupan rumah tangga secar benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk mengingat atau menghayati kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing-masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.

Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan:
  1. Membantu pasangan perkawinan itu mecegah terjadinya/meletusnya problema yang mengganggu kehidupan perkawinan mereka.
  2. Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, konseling diberikan dengan maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi.
  3. Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebph baik.
Azas Konseling Perkawinan
Dengan memperhatikan kasus yang sedang dialami oleh masing-masing pasangan,   dan dengan berpedoman kepada ajaran Islam tentang kehidupan perkawinan,  maka konseling diberikan dengan azas-azas sebagai berikut:
a)     Prinsip kebahagian seperti yang terkandung dalam ungkapan My house is my castle atau baiti jannati, haruslah mengacu pada konsep kebahgiaan seperti yang diajarkan oleh al Qur’an, yaitu falah, fauz dan sa’adah, yakni kebahagiaan dunia akhirat, kebahagiaan yang diridhai Allah, bukan kebahagiaan palsu.

b)  Bahwa rumah tangga yang bahagia (keluarga sakinah) itu berdiri atas sendi kasih sayang, atau mawaddah wa rahmah.

c)      Bahwa suami istri itu harus berkomunikasi atau musyawarah, menyangkut urusan mereka

d)     Bahwa rumah tangga itu ibarat kapal yang harus di nakhodai dengan hati-hati dan sabar.

e)  Dalam perselisihan keluarga, kedua belah pihak harus mengutamakan kemaslahatan dari pada kemenangan.

f)    Klien dari konseling perkawinan adalah orang yang memilih atau akan mengambil keputusan, yang perlu diarahkan dalam menentukan calon suami/isteri dan pasangan rumah tangga yang sedang mengalami problem komunikasi atau problem kejiwaan lainnya. konselor perkawinan haruslah orang yang mengerti ajaran Islam tentang perkawinan, menghayati psikologi suami isteri dan menguasai tehnik konseling.

g)  Bahwa pergaulan dalam rumah tangga juga membutuhkan suasana dinamis, dialog dan saling menghargai. Kekurangan keuangan keluarga misalnya oleh orang bijak dapat dijadikan sarana untuk menciptakan suasana dinamis dalam keluarga. Sebaliknya suasana mapan yang lama (baik mapan cukup maupun mapan dalam kekurangan) dapat menimbulkan suasana rutin yang menjenuhkan. Oleh karena itu suami istri harus pandai menciptakan suasana baru, baru dan diperbaharui lagi, karena faktor kebaruan secara psikologis membuat hidup menjadi menarik. Kebaruan tidak mesti dengan mendatangkan hal-hal yang baru, tetapi bisa juga barang lama dengan kemasan baru.

h)      Salah satu penyebab kehancuran rumah tangga adalah adanya orang ketiga bagi suami atau bagi istri (other women/ man). Datangnya orang ketiga dalam rumah tangga bisa disebabkan karena kelalaian/kurang waspada (misalnya kasus adik ipar atau pembantu, atau karena pergaulan terlalu bebas (ketemu bekas pacar atau teman sekerja), atau karena ketidak puasan kehidupan seksual, atau karena kejenuhan rutinitas. Suami/istri harus saling mempercayai, tetapi harus waspada terhadap kemungkinan masuknya virus orang ketiga. Artinya: “Nabi melarang seorang lelaki memasuki kamar wanita yang bukan muhrim. Seorang sahabat menanyakan boleh tidaknya memasuki kamar saudara ipar. Nabi menjawab: Masuk ke kamar ipar itu sama dengan maut (berbahaya).” Artinya: “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk bepergian selama tiga hari tanpa disertai muhrimnya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan abu Daud, dari Ibn Umar)

i)    Bahwa perkawinan itu bukan hanya mempertemukan dua orang; suami dan istri, tetapi juga dua keluarga besar antar besan. Oleh karena itu suami/istri harus bisa berhubungan secara proposional dengan kedua belah pihak keluarga, orang tua, mertua adik, ipar dst.

Kamu dan Keluarga Suamimu
Cara yang paling ideal untuk bergaul dengan keluarga suamimu adalah bagaimana yang terangkum dalam beberapa pointer berikut

Jika engkau merasa bahawa salah seorang keluarga suamimu tidak menerimamu, sehingga watak,gerak-gerik dan perilakumu menimbulkan rasa tidak senang bagi mereka, maka cobalah tilik kembali tindakan, perilaku dan caramu menghadapi mereka,sebab bias jadi merekalah yang benar.
 Tetaplah berusaha menghindari keterlibatan dalam masalah-masalah pribadi mereka atau ikut campur dalam masalah-masalah tersebut. Namun, jika mereka ingin melibatkan dirimu sebagai pihak yang netral, maka usahakanlah menggunakan cara yang diplomatis dalam memberikan jawaban agar satu pihak tidak marah dan mengambil sikap konfrontasi terhadapmu. Akan tetapi usahakanlah untuk memadukan antara dua sudut pandang tanpa ada satu pihakpun yang merasa engkau rendahkan.
Bergabunglah bersama cara yang positif dalam setiap momentum-momentum bahagia dan duka. Tetaplah berusaha untuk tidak terlibat dalam perdebatan bersama mereka yakinlah bahwa pergaulanbaikmu dengan keluarga suamimu akan memiliki nilai positif tersendiri bagi suamimu dan bagi kehidupanrumah tanggamu. Sebab perasaan suami bahwa keluarganya mencintaimu juga akan menambah rasa cintanya kepadamu.

Kamu dan Keluargamu
Berikut ini adalah tips-tips untuk kamu dan keluargamu :
Berusahalah untuk selalu memperhatikan kepada keluarga bahwa engakau masih memerlukan mereka dan engkau selalu butuh nasihat dan sandaran mereka. Hendaknya engkau berusaha untuk memperbaiki hubungan antara keluaragamu dan keluarga suamimu,
Berusalah engkau untuk selalu mengingat kejadian yangberhubungan dengan keluaraga, seperti perayaan-perayaan suami,kelahiran serta kejadian-kejadian yang membahagiakan. Alangkah baiknya engakau memberikan yang tidak memberatkan, untuk memperhatikan perhatianmu pada mereka namun selalu menjauhi sikap berlebihandalam hal itu, sehingga mereka tidak merasa bahwa keadaan mu sekarang tidak melibihi keadaandahulu ketika bersama mereka. Jauhilah olehmu membanding-bandingkan antara keluargamu dan keluarga suamimu bagaimanapun perbedaan yang terjadi diantara mereka.
Ketika engkau sedang memperhatikan keluargamu, maka jangan sampai apa yang membuat suamimu berkeyakinan bahwa kamu lebih mengutamakan mereka disbanding keluarganya.

Solusi
            Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.

Penutup
            Dalam sistem ajaran islam,Keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting dan merupakan cikal bakal, sumber inspirasi dan pondasi peradaban,artinya melalui keluargalah kaum muslimin mengawali derap langkah pengabdian yang sesungguhnya, mulai dari menata dirinya, agar siap memasuki jenjang perkawinan, mengelola keluarga, serta menyiapkan generasi masa depan yang mampu berkompetisi dan berakhlak mulia.Dengan mengetahui di seputar masaalah keluarga di harapkan mampu menghadapi dan mengatasinya dalam koredor tuntunan ajaran agama Islam.

Daftar pustaka
Ahmad Mubarok. DR.H. MA   Konseling perkawinan. PT.Bina Rena Pariwara Cetakan ketiga Tahun 2002.
Halah Muhyidin. Mungkn Kamu Pilihanku. Penerbit: Cendekia Central Muslim.

Anak Tunawicara


 Bicara dan bahasa merupakan alat komunikasi. Komunikasi sendiri merupakan proses enconding (mengirim  pesan dalam bentuk yang dapat dipahami) dan proses deconding (menerima dan memahami pesan). Komunikasi aelalu melibatkan pengiriman dan penerimaan berita, namun tidak selalu melibatkan bahasa. 

Secara umum kelainan bicara dan bahasa adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif, sedemikian rupa sehingga pemahaman akan bahasa yang diucapkan berkurang. Manifestasi kelainan bicara dapat dalam bentuk-bentuk yang berbeda seperti terlambat berbicara, pemakaian bahasa dibawah usia, keganjilan dalam artikulasi , penggunaan bahasa yang aneh, gagap. Intonasi suara atau kualitas suara yang lain dari biasanya, ketidakmampuan menggunakan kata-kata yang tepat, ekspresi diri yang buruk, sedikit Berbicara.

A. BATASAN KELAINAN BICARA DAN BAHASA 

Berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh American Speech-Language Hearing Association  ( dalam halaman dan Kauffman, 2006), kelainan bicara dapat digolongkan sebagai berikut:

1. kelainan Komunikasi, meliputi:
a.       Kelainan bicara, yaitu
  • kelainan suara
  • Kelainan artikulasi
  • Gangguan kelancangan berbicara
b.      Kelainan bahasa
§  Bentuk bahasa
§  Isi bahasa
§  Fungsi bahasa

  1. Variasi dalam komunikasi, meliputi: a. Perbedaan komunikasi/ dialek b. Komunikasi tambahan (augmentative communication systems)
I. Kelainan Suara
 Salah satu aspek dari ekspresi verbal adalah kualitas suara pembicara. Bicara normal memliki variasi dalam nada (tone), alunan dan volume suara yang sesuai. Pada beberapa orang, pola kontrol dan variasinya terganggu sehingga kualitas suara terlalu keras atau lembut, terlalul rendah atau terlalu tinggi nadanya atau tampak Sstereotipi.

II. Kelainan Artikulasi
Cartwright, dan Ward, 1981 (dalam Woolfolk, 1998) mengatakan bahwa kelainan artikulasi meliputi kesalahan-kesalahan dimana anak mendistrosikan bunyi kata (shup untuk sup), mensubsitusikan bunyi suatu kata dengan lainya (cenang untuk senang, menambahkan bunyi yang tidak relevan terhadap suatu kata (ider untuk ide), atau menghilangkan suatu bunyi pada sebuah kata ( sa-it untuk sakit). Masalah artikulasi lain yang sering terjadi adalah Lalling, dimana bunyi r dan l didistrosikan.

Masalah-masalah dalam artikulasi adalah karakteristik umum yang muncul dalam perkembangan bicara. Semua anak memproduksikan sewaktu belajar bericara. Misalnya, sebagian besar anak yang berbhasa inggris baru berhasil membunyikan semua bunyi ahasa inggris pada usia 6 sampai 8 tahun (dalam Woolfolk, 1998). Bila masalah ini menetap esmentara usianya semakin besar maka ini akan mengganggu, karena menghambat komunikasi yang jelas dapat menyebabkan frustasi, baik pada pembicara maupun pendengar.

III. Gangguan Kelainan Bicara
Masalah yang paling dikenal adalah ketidak teraturan dalam “timing” bicara. Hal ini biasanya disebabkan ketidak mampuan dalam mengontrol pernapasan saat berbicara. Contoh: stuttering (gagap). 

IV. Kelainan Bahasa
Sering dikenal dengan exspressive aphasia atau severe language delay. Suatu kelainan bahasa biasanya disebabkan oleh disfungsi susunan syaraf pusat yang menghalangi pemahaman atau penggunaan kata-kata. Aphasia adalah suatu istilah yang menunjukan ketidakmampuan dalam mengguanakan kata-kata. Aphasia reseptif, bila kemampuan tersebutn menghalangi pemahaman bahasa lisan. Aphasia ekspresif bila tidak mampu menemukan kata yang tepat untuk mengekspresiakan suatu ide atau berkomunikasi secara verbal. Kedua tipe aphasia ini dapat terjadi pada orang yang sama dan dapt terjadi tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan.

Gangguan ini bisa bersifat luas dan melibatkan gangguan:
a)      bentuk bahasa (fonologi, morfologi, sintaks)
b)      isi bahasa (semantic)
c)      fungsi bahasa dalam komunikasi (pragmatic)

 B. KARAKTERISTIK

Prevalensi kelainan bicara dan bahasa sulit dihitung karena jenis gangguan dan jenos kelainanya sangat bervariasi dan luas, sulit diidentifikasi, serta seringkali tejadi sebagai bagian dari kelainan lainya (Hallahan dan Kauffman, 2006, p. 289). Namun mereka mengestimasi bahwa sekitar 10-15% anak-anak pra sekolah dan 6 % siswa sekolah dasar dan menengah pertama mengalami gangguan bicara, sedangkan gangguan bahasa dialami oleh 3% anak usia pra sekolah 1% anak usia sekolah. Doorlag dan Lewis (1991) juga mengatakan bahwa sebagian besar masalah bicara terdeteksi pada usia dini, misalnya gangguan artikulasi umum ditemukan terjadi pada anak-anak di usia sekolah awal. Lalu, gangguan bahasa juga diidentifikasikan terjadi pada anak-anak yang lebih muda tetapi dapat bertahan selama usia sekolah dasar dan menengah pertama.

Karakteristik-karakteristik menurut Sheridan (1973, dalam. Telford dan Sawrey, 1981): 
  • terjadi pada anak-anak yang lahir premature
  • kemungkinan empat kali lipat pada anak yang belum berjalan pada usia 18 bulan
  • belum bisa bicara dalam entuk kalimat pada usia 2 tahun
  • memiliki gangguan penglihatan
  • sering dikategorikan sebagai anak yang kikuk oleh gurunya
  • dari segi perilaku kurang bisa menyesuaikan diri
  • sulit membaca
  • banyak tejadi pada anak laki-laki daripada perempuan
C. ETIOLOGI
Secara spesifik, dikemkakan faktor-faktor yang berkaitan dengan kelainan bicra dan bahasa yaitu:

§ Faktor sentral:
Ø  Yaitu berhubungan dengan susunan syaraf pusat
Ø  Ketidakmampuan berbahasa yang spesifik
Ø  Ketrbelakangan mental
Ø  Autisme
Ø  Defisit dalam hal perhatian dan hiperaktifitas
Ø  Luka otak (brain injury)
Ø  Gangguan fungsi kognitif
Ø  Lain-lain

§ Faktor periferal
Ø  Yaitu berhubungan dengan gangguan sensoris atau fissik
Ø  Ganggaun pendengaran
Ø  Gangguan penglihatan
Ø  Ganggaun fisik
Ø  Gangguan motorik yang berhubungan dengan berbicara

§ Faktor lingkungan dan emosional, dikarenakan oleh faktor lingkungan fisik dan psikologik
Ø  Penelantaran dan penganiyayaan
Ø  Masalah perkembangan perilaku dan emosi
Ø  Tidak adekuat dalam mempelajari bahasa di rumah

§ Faktor-faktor campuran, yaitu faktor-faktor kombinasi di atas
 (Nelson, 1993 dalam Hallahan Kuffman, 1994; Woolfolk, 1998)

1. Etiologi dan Kelainan Suara
Masalah kualitas suara dapat disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya laryngitis, dimana suara menjadi serak; adanya tumor pada pita suara. Kelainan dalam pitch (tinngi/rendahnya nada), yakni suara bernada terlalu tinggi atau terlalu rendah, atau monoton, dapat disebabkan oleh konflik emosional, kebiasaan yang salah dalam menggunakn suara atau mengunakan secara berlebihan, kondisi fisik yang lemah dan hilang pendengaran.

2. Etiologi dari Kelainan Artikulasi
Seringkali kelainan artikulasi sulit dibedakan dengan kelainan suara. Namun secara spesifik, kelainan suara merupakan kelainan karena seseorang tidak mengguankan suara wicara secara semestinya/sesuai dengan aturan standar. Sedangkan kelainan artikulasi merupakan keadaan dimana suara bahasa doganti, dihilangkan,ditambah atau didistorsikan.

Penyebab-penyebanya:
  • Kesalahan dalm memproduksi bunyi, yang akhirnya menjadi kebiasaan
  • Faktor biologis, misalnya karena adanya luka otak atau kerusakan pada syaraf yang mengendalikan otot bicara.
  • Hasil defisiensi dalam belajar
3.Etiologi dan Gangguan Kelancaran Bicara
Penyebab dari gagap:
  • Gangguan emosi
  • Kerusakan otak dan syaraf yang menyebabkan gangguan berbcara
Masalah kelancaran ini sering teridentifikasikan pada usia lima tahun. Dan masalah ini akan semakin parah apabila guru dan orangtua tidak menaruh perhatian khusus. Conture (2001 dalam Hallahan dan Kauffman, 2006) juga mengatakan bahwa mereka yang dianggap lebih dari satu setengah atau dua tahun berisiko menderita gagap kronis. Jika mereka tidak ditangani lebih lanjut maka anaka akan mengalami ketidak mampuan berkomunikasi, mengembangkan perasaan diri yang negatif, serta mengalami masalah dalam mengambil keempatan kerja atau pendidikan.

4. Etiologi Kelainan Bahasa
Kelainan-kelainan yang disebabkan oleh disfungsi susunan syaraf pusat atau kerusakan syaraf pusat, secara medis sukar diperbaiki. Akibatnya mereka mengalami masalah dalam program pendidikan, perawatan psikologis dan latihan bahasa. Anak dengan hambatan bahasa biasanya adalah anak celebral palsy, anak yang aphasia dan anak yang tidak mampu atau mengalami kesulitan dalam mengemmbangkan kemampuan konseptual untuk mengunakan bahasa (bukan cacat mental).

Klasifikasi kelainan bahasa sebagaimana dikemukakan oleh ASHA meliputi kelainan fonologi (suara), morfologi (bentuk kata), sintaks (aturan struktur kalimat) semantik (arti kalimat) dan pregmatik (penggunaan bahasa secara sosial). Berdasarkan etiologinya, kelainan bahasa dibedakan menjadi dua suptipe, yaitu: primer dan skunder.  Kelainan bahasa primer tidak diketahui penyebabnya, sedangkan kelainan ahasa skunder disebabkan kondisi lain, seperti retardasi mental, kerusakan pendengaran, gangguan spekturm sutistik, atau kecelakan otak yang traumatis.

D. DAMPAK PERKEMBANGAN
Konsekuensi kelainan bicara menyangkut tuntutan sosial dan pendidikan yang dihadapi anak. Kelainan artikulasi mungkin tidak menimbulkan konsekuensi yang negatif, sebaliknya kelainan bahasa akan mempengaruhi setiap aspek perkemangan dan mempengaruhi pendidikan, emosi dan hubungan interpersonalnya. Dalam mengamati konsekuensinya kelainan bicara, tampak bahwa tiptipe tertentu dari kelainan bicara, terlepas dari derajat beratnya, mempunyai efek yang lebih besar terhadap perkembangan. Sebagai contoh kelainan bahasa yang sedang mempunyai efek yang lebih serius terhadap perkembangan pendidikan dari pada kelainan artikulasinya atau kelancaran bicara yang tergolong berat.
Konsekuensi perkembangan kelainan bicara menyangkut:

1. Kemampuan konseptual dan prestasi pendidikan
Keterlambatan perkembangan bahasa dan aphasia ekspresif akan mempengaruhi perkembangan pendidikan dan kognitif, karena perkembangan pendidikan dan kognitif sangat tergantung pada pemahaman dan pengguana bahasa. Hal ini akan mempengaruhi lagi kemampuan verbal dan ninverbalnya. Sebaliknya kelainan artilkulasi, kelancaran suara dan ’timing’  tidak menunjukan efek uruk pada perkembangan pendidikan dan kognitif.

2. Faktor personal dan sosial
Kelainan artikulasi, ’timing’ dan suara menyebabkan konsekuensi negatif dalam relasi interpersonal dan perkembangan konsep diri pada anak. Pandangan ekspresi, ketidakpahaman orang lain ketika erkomunikasi, dapat menyeabkan rasa rendh diri, merasa terisolasi, tidak berani berbicara di depan umum dan bisa menimbulkan kecemasan tersendiri bagi abak tunawicara ini.

E. INTERVENSI
Mebantu anak seperti ini tidak dapat menjadi tanggung jawab satu idang saja, melainkan intervensinya haruslah kerja sama dengan guru kelas, ahli patologi bicara, serta orangtua. Ashman dan Elkins (1998) mengunakn beberapa prinsip umum penting dalam intervensi komunikasi yaitu,:
§ Komunikasi merupakan aktifitas interaktif
§ Kemampuan komunikasi seharusnya dipelajari dan dilatihkan dalm konteks sekolah dan rumah.
§ Ahli klinis harus mampu berperan secara fleksibel, dan meneruskan kemampuan serta informasi-informasi yang relevan kepada orangtua,guru, dan klien sendiri.
§ Anak yang sebaliknya mendapatkan intervensi adalah mereka yang menunjukan jarak usia antara kronologis atau mental dengan kemampuan komunikasinya.
§ Semua orang yang terlibat dengan klien harus bicara bersama untuk mengembangkan sebuah program yang terkoordinasi.
§ Tuuan intervensi dibuat berdasarkan perkemangan normal atau kebutuhan komunikasi yang terlihat. Apabila memilih dasar yang kedua, harus memiliki pemahaman tentang sifat alami komunikasi dan perkembangan normalnya, serta alasan yang bagus mengapa tidak mengkuti urutan perkembangan normal.
§ Anak belajar melalui observasi dan melakkan langsung. Maka, intervensi perlu menggunakan kombinasi social learning dan operant learning. Anak harus dilihat sebagai pelajar aktif yang perlu mengobservasi lingkunan kemampuan target yang kaya,  dimana motivasi belajar sangat penting.
§ Tujuan intervensi sebaiknya lebih banyak ke produktifitas daripada maestry (penguasaan).
Kelainan-kelainan dalam gangguan komunikasi berbeda-beda sifat maupun penyebabnya. Namun, perlu untuk diingat ahwa beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Secara Modis
Perawatan kelainan bicara selain dilakukan oleh seorang speech pathologist juga dilakukan oleh seorang ahli THT. Penanganan medis penting dalam perawatan kelainan bicara yang disebabkan kerusakan saluran pernafasan, otot wajah dan mulut. Misalnya pada kasus anak yang mengalami cleft palate, maka upaya operasi perlu dilakukan sedini mungkin, sehingga mungkinkan anak untuk belajar bahasa secara tepat.

2. Secara Psikologis
Adanya kelainan bicara dapat menyebabkan problem penyesuaian diri. Intervensi secara psikologis lebih banyak digunakan untuk menolong anak-anak gagap dan anak-anak dengan kelainan bahasa. Intervensi secara psikologis ini tampak kurang efektif pada kelainan bahasa dibandingkan pada kasus gagap.

3. Dalam Pendidikan
Pada beberapa kasus, usaha intensif dilakukan dengan mengajarkan anak bunyi-bunyi spesifik dan kemudian melalui pengulangan membentuk kata yang dihubungkan dengan objek stimulus tertentu. Walaupun demikian anak dengan kelainan bahasa yang berat mungkin hanya sedikit menunjukkan kemampuannya.

Keluarga perlu banyak menyediakan kegiatan bermain yang memungkinkan anak menggunakan verbalisasi. Orangtua, dalam hal ini paling berperan untuk mengajarkan anak untuk menguasai bahasa. Sedangkan pada masa prasekolah, guru bisa mengajarkan anak keterampilan bercakap- misalnya belajar mencetitakan pengalaman dan mensceritakan mengapa sesuatu terjadi. Coba awali dengan membicarakan hal-hal yang diminati anak, jangan terlalu banyak bertanya, jadikan anak sebagai pemimpin, dan tanggapi setiap pendapat anak. Kemudian dorong anak untuk bertanya, jangan terlalu cepat menilai apalagi menganggap lucu bahasa anak, gunakan nada dan suara yang menyenangkan. Lalu berikan waktu yang cukup utuk merespon, jangan menginterpretasi ia bicara.

Jadi, keteampilan yang dikembangkan bukan hanya menambah perbendaharaan kata. Guru seagai tokoh panutan juga harus menggunakan ahasa yang pantas untuk ditiru, misalnya dengan cara informatif, reflektif menawarkan pemecahan dalam berespons terhadap siswa (dalam Hallahan dan Kaufman,2006).

Apabila anak tampak bermasalah, maka guru harus bekerjasama dengan speech language pathologist dalam lingkungan alamiah anak, sehingga anak belajar dari lingkunganya secara tepat dan terarah.

Pendidikan Inklusif
Pendidikan bagi anak kebutuhan khusus selama ini difasilitas dalam tiga macam lembaga, yaitu sekolah khusus (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan pendidikan terpadu. SLB menampung anak, dengan jenis kelamin yang sama, Sedangkan SDLB menampung anak dengan jenis kelamin yang berbeda-beda. Pendidikan terpadu adalah sekolah biasa yang juga menampung anak berkelainan dengan kurikulum, guru, sarana, dan kegiatan belajar mengajar yang sama .